Maxi Deeng, yang kini dikenal dengan nama mualafnya, Abu Bakar, pernah menjadi seorang misionaris di Papua. Dia memutuskan untuk berhijrah ke Islam setelah mengalami perjalanan spiritual yang mendalam. Berasal dari Manado, Maxi sempat merasa gelisah dengan banyak pertanyaan tentang Ketuhanan yang tak kunjung terjawab selama pendidikannya.
Demi mencari jawaban, Maxi melanjutkan studi pascasarjana teologi di Manila. Di sana, dia mengajukan pertanyaan yang sama kepada profesornya dan akhirnya mendapatkan jawaban yang lebih memuaskan. Menurut sang profesor, ajaran yang diterima Maxi di Indonesia sebelumnya memang ada kekeliruan. Misalnya, pandangan bahwa Isa bukanlah Tuhan melainkan seorang Nabi atau utusan Allah, yang dikuatkan oleh profesornya.
“Saat saya sampaikan tentang Isa sebagai utusan, profesor saya mengiyakan. Itu membuat saya lega dan yakin bahwa Isa bukan Tuhan, tapi seorang Nabi,” ujar Maxi dalam kanal YouTube Mualaf Center Aya Sofya, seperti dikutip Republika.co.id.
Maxi mengenang, selama bertugas di Papua, dia sering memberikan khotbah di Jayapura. Ketika itu, banyak pejabat dan ibu-ibu yang datang dengan perhiasan mewah. Namun, kata-katanya yang tulus membuat mereka tergerak hingga menanggalkan kekayaan duniawinya. “Saya katakan, perhiasan yang kalian kenakan itu tidak berarti. Maka tak heran jika saya sering diundang untuk berkhotbah di mana-mana,” kenang Maxi.
Pengalaman spiritual Maxi semakin dalam ketika Allah ﷻ mengirim hidayah melalui mimpi. Dalam mimpinya, Maxi merasa terjebak di lubang gelap yang dalam, namun menemukan titik cahaya kecil yang menuntunnya ke tempat yang terang dan damai. Suara-suara yang mengerikan memudar saat cahaya itu semakin terang. “Saya mendengar suara yang memanggil nama saya dan mengucapkan ‘La ilaha illallah’ tiga kali,” ungkapnya.
Setelah mimpi itu, Maxi merasa tak ada lagi alasan untuk menunda memeluk Islam. Dia menghubungi sahabatnya yang bekerja di imigrasi untuk membantu proses pensyahadatannya di tempat yang aman. Pada tahun 2014, Maxi resmi mengucapkan syahadat di Masjid Istiqomah, Balikpapan.
Maxi memahami bahwa agama yang benar adalah yang mengikuti kitab-kitab Allah ﷻ, yakni Taurat, Zabur, Injil, dan Alquran. Menurutnya, zaman sekarang adalah masa yang tidak akan ada nabi lain selain Nabi Muhammad ﷺ . “Orang yang benar adalah yang mengikuti Alquran dan ajaran Nabi Muhammad ﷺ ,” jelasnya.
Karena keputusannya memeluk Islam, Maxi kehilangan pekerjaannya dan mengalami tantangan finansial, termasuk berpisah dengan keluarga. Namun, Allah ﷻ memberinya rezeki yang halal dan kesempatan baru. Kini, Maxi bekerja sebagai sopir di Jakarta dan tinggal di rumah sederhana yang nyaman. Ia juga dipercaya untuk membangun mushalla bagi warga sekitar dan terus berdakwah tentang kristologi dan Islam.
Maxi Deeng, seorang mantan misionaris, telah menemukan ketenangan dan berkah dalam Islam, menjadikannya contoh nyata bahwa hidayah Allah dapat datang dari mana saja dan kepada siapa saja.