Mewaspadai Penyakit Hati dalam Berhijrah

Mewaspadai Penyakit Hati dalam Berhijrah

Akhir-akhir ini, fenomena hijrah telah menjadi tren di berbagai kalangan, dari publik figur, orang biasa, tua, hingga muda. Hijrah menjadi semacam gerakan yang tak hanya hadir di kehidupan nyata tetapi juga marak di media sosial. Alhamdulillah, ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan disambut baik.

Secara umum, hijrah berarti berpindah dari kondisi yang kurang baik menuju kondisi yang lebih baik. Namun, belakangan ini, makna hijrah lebih sering dikaitkan dengan upaya mendekatkan diri pada agama dan meningkatkan pemahaman keagamaan. Namun, perlu diingat bahwa hijrah bukan hanya soal penampilan lahiriah, tetapi juga soal kebersihan batin.

Imam Ghazali pernah mengingatkan kita tentang bahaya memfokuskan diri hanya pada aspek lahiriah. Beliau berkata, “Orang yang terkena tipu daya syetan hanya mempercantik ibadah lahiriah dan mengabaikan ibadah batinnya.” Syetan bisa membuat kita terjebak dalam semangat berlebihan dalam beribadah, sehingga tanpa disadari kita keluar dari jalan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagai seorang muhajir (orang yang berhijrah), kita harus selalu waspada dan introspeksi diri agar amal ibadah kita senantiasa dalam ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut beberapa potensi tipu daya syetan dan hawa nafsu yang bisa muncul setelah kita berhijrah:

1. Merasa lebih sholeh dari orang lain
2. Merasa lebih berilmu atau lebih memahami agama dari orang lain
3. Ingin terlihat sebagai orang sholeh atau paham agama
4. Ingin dikenal sebagai seseorang yang sudah berhijrah

Implikasinya dapat terlihat dalam perilaku seperti:

• Suka membanggakan amal ibadah sendiri.
• Sering mengkritik cara ibadah atau amalan orang lain, dan mencari kekurangan dalam ibadah mereka.
• Terlalu bersemangat dalam mencari ilmu dan berdakwah hingga mengabaikan adab dan hakikat ilmu serta dakwah itu sendiri.
• Menggunakan istilah-istilah Arab secara berlebihan dan tidak menjelaskan maksud serta tujuannya.
• Menonjolkan dan membanggakan cara ibadah serta penampilan yang berbeda.

Para ulama mengingatkan, “Man katsura ilmuhu, qalla inkaruhu” (Siapa yang banyak ilmunya, ia sedikit mengingkari). Maksudnya, orang yang memiliki banyak ilmu cenderung lebih bijaksana dalam menanggapi perbedaan pandangan. Mereka tidak mudah menilai atau mengkritik, tetapi lebih banyak diam dan berpikir dalam sebelum berbicara atau berdakwah.

Dalam dunia agama, banyak hal yang belum jelas dan mengandung banyak penafsiran. Oleh karena itu, penting untuk memahami pandangan para ulama yang kompeten di bidangnya. Kebenaran tidak hanya bisa ditempuh melalui satu jalan; ada banyak jalan menuju Allah, sebanyak nafas yang terhembus. Imam Ghazali berkata, “Jalan menuju Allah itu begitu banyak, sebanyak nafas terhembus.”

Mencari ilmu adalah sesuatu yang baik dan wajib, apalagi di era digital ini di mana ilmu begitu mudah diakses. Namun, kita harus berhati-hati dan selektif, karena banyak ilmu yang memerlukan pemahaman lebih mendalam dan banyak terdapat perbedaan pendapat yang memerlukan penjelasan lebih detail dari ulama.

Dalam menuntut ilmu, jangan sampai bertujuan untuk menunjukkan kekurangan atau kesalahan orang lain. Carilah ilmu untuk memahami ibadah lebih dalam, untuk menjadi lebih baik dalam ibadah, dan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan hanya belajar dari satu sumber; carilah perbandingan dan hargai pendapat lain agar tidak ada rasa paling benar dalam diri.

Carilah guru atau pembimbing sebanyak mungkin agar ilmu yang kita pelajari bisa lebih dipahami. Sering kali, suatu ilmu atau ayat Al-Qur’an atau hadits tidak bisa dipahami hanya secara harfiah atau tekstual saja, tetapi lebih dalam maknanya, baik itu makna lahir maupun batin.

Dakwah pun harus dilakukan dengan bijaksana. Dakwah dengan perbuatan jauh lebih kuat daripada hanya dengan kata-kata. Imam Ghazali mengingatkan bahwa dakwah dengan perbuatan lebih kuat. Sebagai pemula dalam memahami agama, kita harus utamakan dakwah dengan perbuatan, dengan melakukan amalan-amalan baik yang disukai Allah. Niatkan segala sesuatunya hanya kepada Allah, semoga Allah menurunkan hidayah-Nya melalui dakwah kita.

Jangan lupa untuk lebih banyak membicarakan keagungan dan kebesaran Allah, serta serukan anjuran-anjuran baik. Kurangi menyebutkan larangan yang mungkin mengandung perbedaan pendapat yang belum kita pahami sepenuhnya, karena bisa membingungkan atau memancing perdebatan.

Syetan sering membisikkan riya ke dalam hati manusia, agar amal ibadah yang dilakukan menipis nilainya atau bahkan menjadi nol. Setelah berhijrah, sering kali ada perasaan ingin semua orang tahu bahwa kita telah berhijrah, menjadi lebih baik, atau merasa bangga dengan penampilan dan cara ibadah kita yang berbeda dari kalangan umum.

Misalnya, kita berusaha berpakaian la isbal (tidak melebihi mata kaki), tetapi mengabaikan hakikat la isbal itu sendiri, yaitu agar kita tidak menjadi orang yang sombong. Kita harus selalu ingat bahwa yang utama adalah niat kita, bukan sekadar penampilan lahiriah.

Contoh lain yang dapat merusak hati kita adalah keinginan untuk terlihat berbeda dengan menggunakan istilah-istilah Arab. Meskipun ini tidak salah, namun niat dan situasinya harus diperhatikan. Misalnya, saat menanyakan alamat, “Afwan, alamat ini dimana ya?” Mungkin sebagian orang tidak memahami kata “afwan” (maaf) dan menganggapnya kurang beretika.

Atau saat ditanya “Anaknya cewek apa cowok, Mbak?” dan dijawab “Ikhwan.” Ini bisa membuat orang bingung jika tidak dijelaskan. Lebih baik gunakan bahasa yang lebih umum agar maksudnya tersampaikan dengan baik.

Sahabat, mari kita hijrah lahir dan batin agar dijauhkan dari penyakit hati yang dapat mengurangi atau menghapus nilai ibadah kita. Semoga Allah senantiasa membimbing kita di jalan yang diridhoi-Nya dan melanggengkan hidayah dalam diri kita. Tetap semangat dan terus berhijrah sampai nafas terakhir kita.

Dirangkum berdasarkan tulisan di: https://alghifary99.blogspot.com/

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *