Bismillahirrahmanirrahim
Saya ingin berbagi pengalaman yang mungkin terlihat biasa bagi orang lain, tetapi sangat berarti bagiku karena ini adalah titik awal dari perjalanan hijrahku. Semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan. Alhamdulillah, semua ini bisa terdokumentasikan melalui tulisan ini.
Mari kita mulai…
Tidak ada yang istimewa tentang diriku, semuanya biasa-biasa saja… hidupku pun demikian. Namun, semuanya berubah ketika mendekati kelulusan SMA… SMA Negeri 1 Cileungsi menjadi sekolah remaja tempatku belajar selama tiga tahun.
Aku ingin bercerita singkat, sebuah kisah yang membuatku menyadari untuk mendekatkan diri pada-Nya, jauh lebih dekat…
Hari Senin itu adalah hari pertama Sanlat atau Pesantren Kilat di sekolah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saat Sanlat, pakaianku berubah menjadi lebih serba panjang, dan aku mengenakan jilbab. Sanlat berjalan seperti biasanya, namun suatu hari, yang membuat hatiku gelisah, yang membuatku tidak bisa tidur dengan tenang…
Seorang ustadz memberikan tausyiah di ruang kelas kami. Aku tidak ingat persis kata-katanya, tapi kurang lebih seperti ini, “Adik-adik, kita semua tahu bahwa ini bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan, bulan di mana setiap permohonan akan didengar dan dikabulkan oleh Allah. Saya yakin bahwa tidak semua siswi di sini telah mengenakan jilbab sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslimah. Oleh karena itu, saya ingin adik-adik semua di sini berjanji di hadapan saya, teman sekelas, dan didengar oleh Malaikat serta Allah.”
Mendengar kata-kata ustadz itu, hatiku berdegup kencang… aku merasa tidak nyaman, tidak mengerti apa yang dimaksud ustadz. Aku tetap diam, meskipun hatiku tidak tenang. Ustadz itu terus berbicara di depan kelas, di hadapan kami, yang duduk di lantai tanpa kursi, “Saya ingin adik-adik di sini semua berjanji kapan akan mulai mengenakan jilbab, dengan suara yang akan didengar oleh teman-teman sekelas, yang akan menjadi saksi di akhirat nanti.”
Mendengar ini, hatiku semakin tidak karuan… Pertanyaan muncul dalam benakku, kapan aku akan mengenakan jilbab? Astaghfirullah…
“Baiklah, setiap orang akan menyebutkan kapan mereka akan mulai mengenakan jilbab, dimulai dari adik yang duduk paling kiri saya…” MasyaAllah, aku adalah orang kedua dari kiri… bagaimana ini? Hatiku berkecamuk, satu-satunya yang kupikirkan saat itu adalah bagaimana jika aku tidak memenuhi janji ini, dan seluruh kelas menjadi saksi nantinya… Aku duduk di sebelah tiga teman dekatku. Sebelum ustadz menunjuk, kami telah mendiskusikan kapan kami akan mulai mengenakan jilbab… Akhirnya, kami bertiga sepakat untuk mulai mengenakannya saat kuliah… Dan akhirnya, pembuatan janji dimulai dari teman di sebelah kiri, lalu giliran ku. Dan aku berjanji, “Saya berjanji, saya akan mengenakan jilbab ketika saya kuliah…” dan seterusnya.
Setelah separuh dari jumlah siswa, temanku yang sudah mengenakan jilbab mengatakan dia akan mulai mengenakannya setelah menikah… Aku bingung, aku bertanya pada teman lain, “Eh, mengapa dia berjanji setelah menikah? Bukankah dia sudah pakai jilbab?” Teman-temanku menjawab, “Nda, itu bukan jilbab, dia memakai kerudung. Jilbab itu yang lebar dan menutupi dada…” Ya Allah, aku salah, ternyata aku salah… Bagaimana ini? Ada ketakutan di hatiku, bagaimana jika aku tidak bisa memenuhi janji ini dan seluruh siswa menjadi saksi di akhirat… Aku tidak sabar menunggu hingga semua siswa mengucapkan janjinya… Setelah semuanya selesai, aku mengacungkan jari telunjukku dengan berani dan mengatakan, “Pak, saya ingin mengubah janjiku. Saya berjanji akan mengenakan jilbab setelah menikah…” Eh, ustadz dengan senyuman santai menjawab, “Tidak perlu mengubah, insyaAllah jika kita memiliki niat, Allah akan memudahkan jalannya…”
Sejak hari itu, malam-malam aku lewati dengan gelisah, pertanyaan tentang jilbab… Aku memikirkan janji yang sudah terucap di hadapan teman sekelas, yang tidak bisa diubah… Aku terus bertanya-tanya kepada teman di Rohis yang sudah mengenakan jilbab, dia mengatakan hal yang sama seperti ustadz, “Allah akan memudahkan jalannya jika sudah ada niat…” Aku pegang kata-kata sahabatku dan ustadz itu… Setelah lulus, aku mulai memakai kerudung… Bahkan ketika mencari tempat kuliah, aku sudah menggunakannya… Akhirnya, Akademi Kimia Analisis Bogor menjadi tempatku untuk belajar hal baru…
Subhanallah, kata-kata sahabatku dan ustadz itu benar, Allah memudahkan jalanku untuk perlahan-lahan memakai jilbab… Di kampus ini, aku bersyukur tanpa henti, karena aku tidak hanya belajar untuk mulai mengenakan jilbab seperti yang diperintahkan, tetapi Allah juga memberiku saudara-saudara yang menambah cinta dan kasih sayangku pada-Nya… Kampus ini telah menjadi wasilah untukku menemukan cahaya-Nya… Keindahan ukhuwah ini sungguh luar biasa bagiku… Bertemu dalam lingkaran kecil setiap pekan, syuting penting menjadi rutinitasku dan saudara-saudaraku… Mereka mengajarkanku tentang makna sejati dari cinta…
Hingga saat ini, aku tahu bahwa ukhuwah itu indah… Subhanallah…
Terima kasih banyak untukmu, saudara-saudaraku…
Semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan kepada kita semua… Amiin…
Wasalam…
Ditulis berdasarkan original story: Linda J Kusumawardani – https://tulisannda.wordpress.com/my-little-story-hijrah/