Menggapai Ketenangan: Kisah Nyata Taubat Seorang Banker

Menggapai Ketenangan: Kisah Nyata Taubat Seorang Banker

Saya pernah hidup dalam keangkuhan dan kesombongan sebagai seorang karyawan riba di bank BUMN. Mengarahkan orang lain untuk berhutang dengan bunga yang menggiurkan, saya merasa sebagai penguasa dalam dunia perbankan. Namun, Allah mengirimkan tamparan keras dalam hidup saya.

Pertama, kekayaan saya lenyap dalam sekejap. Saya harus menjual semua harta untuk melunasi utang keluarga yang terancam penjara. Tamparan kedua datang saat anak saya harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang berdekatan. Tidak cukup sampai di situ, istri saya pun jatuh sakit serius.

Semua ini membuat saya bertanya-tanya, apa yang salah dengan hidup saya? Meskipun saya telah beribadah dengan rajin, menyempurnakan shalat lima waktu dan melakukan amalan-amalan lainnya, mengapa semua ini terjadi?

Pertanyaan-pertanyaan itu membawa saya pada kesadaran pahit bahwa pekerjaan saya sebagai penyebar riba adalah sebuah dosa besar di mata Allah ﷻ. Saya takut dengan azab dunia dan akhirat yang menantikan saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil langkah besar: resign dari pekerjaan di bank, meskipun itu berarti harus menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Dalam keputusan ini, saya berpegang pada sabda Rasulullah ﷺ bahwa meninggalkan sesuatu karena Allah akan mendatangkan kebaikan yang lebih besar. Saya yakin Allah akan menggantikan rezeki saya, meskipun itu terasa sulit pada awalnya.

Dengan tekad yang bulat, saya menjual rumah saya untuk melunasi semua hutang. Meskipun iklan rumah saya tidak mendapat respons dalam waktu yang lama, Allah mengirimkan seorang pembeli yang sungguh luar biasa. Dari hasil penjualan itu, saya berhasil melunasi semua utang saya. Alhamdulillah, tepat pada tanggal 24 Agustus 2016, saya mengajukan surat resign dari pekerjaan saya sebagai bankers.

Kini, saya menjalani kehidupan yang lebih tenang dan halal sebagai pedagang brownies. Bersama istri, kami membuat dan memasarkan brownies dengan penuh keikhlasan, mengharapkan berkah dan ridho Allah ﷻ dalam setiap langkah kami.

Dalam kesendirian malam, saya merenungi betapa besar dan mulianya taubat ini. Dulu saya hidup dalam kemewahan dan kesombongan, sekarang saya hidup sederhana namun penuh keberkahan. Itulah karunia Allah yang tiada henti.

Ditulis ulang berdasarkan cerita dari Prasetyo Budi Widodo.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *