Maman Separman, pria berusia 48 tahun, menghabiskan lebih dari 20 tahun hidupnya bekerja sebagai seorang bankir. Namun, pada awal 2013, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan berhijrah menjadi pengusaha. Keputusan ini diambil bukan tanpa alasan. Maman merasa resah dan takut akan dosa riba yang menjadi bagian dari pekerjaannya.
Awal mulanya, Maman melihat seorang teman kerjanya yang mengalami stres berat karena istrinya tidak lagi mau menerima uang gajinya sebagai pegawai bank. “Awalnya, saya hanya menganggap itu lelucon. Tapi ternyata, kisah itu membekas di hati saya,” ujar Maman. Pada saat yang sama, banyak teman-temannya juga mengundurkan diri dari bank karena alasan yang sama: riba.
Dengan rasa penasaran yang mendalam, Maman mulai mencari tahu tentang riba dalam Al-Quran. Ia menemukan ayat-ayat dalam surat Al Baqarah ayat 275 hingga 279 yang dengan tegas mengharamkan riba. “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila… mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya,” begitu bunyi ayat tersebut. Ayat ini membuat Maman sangat takut dan ngeri akan dampak dari riba.
Meskipun begitu, Maman tidak langsung memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Saat itu, ia masih bimbang karena butuh biaya untuk kebutuhan keluarganya, terutama untuk pengobatan istrinya yang sedang sakit dan membutuhkan perawatan di Singapura. Namun, kegundahannya semakin menjadi ketika mengikuti acara bakti sosial bersama kantornya ke sebuah pesantren di Tasikmalaya. Di sana, ia bertemu dengan seorang kiai yang memberikan jawaban singkat namun mengejutkan: riba, dalam bentuk apapun, adalah haram.
Jawaban tersebut menguatkan tekad Maman untuk berhijrah dan meninggalkan riba. “Bismillah, saya yakin rezeki dari Allah,” ucap Maman dengan penuh keyakinan. Ia kemudian memutuskan untuk merintis usaha sendiri. Maman memulai dengan membuka konveksi busana muslim bernama Cantiqu Hijab dan bisnis kuliner ayam goreng, Wakwaw Fried Chicken (WFC).
Maman mengembangkan sistem waralaba WFC yang unik, tanpa memungut biaya waralaba, joining fee, atau royalty fee. “Insya Allah, sistem franchise saya berbeda dengan yang lain. Mungkin satu-satunya di Indonesia,” ujar Maman dengan bangga.
Berkat pertolongan Allah, usaha yang dirintisnya pada tahun 2013 itu berkembang pesat. Saat ini, Maman telah memberikan lapangan kerja bagi sekitar 200 orang di berbagai bidang, mulai dari fesyen, kuliner, hingga showroom mobil dan motor. Showroom mobil dan motor yang dimilikinya di Bandung memang masih kecil-kecilan, namun bisnis kuliner WFC sudah memiliki 14 cabang yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Sementara itu, bisnis fesyennya bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar negeri.
“Saat mundur dari bank, saya sempat dicurigai masuk aliran sesat baik oleh keluarga maupun teman. Tapi setelah saya menunjukkan keyakinan bahwa saya mendapat hidayah, kini semua tidak lagi menyimpan curiga,” ungkapnya. Maman bersyukur atas perubahan hidupnya ini, yang ia rasakan jauh lebih berkah dan tenang. Ia merasa telah menemukan ketentraman hati dan keberkahan rezeki dalam hidupnya yang baru ini.
Ditulis kembali berdasarkan cerita di: https://jabar.tribunnews.com/2018/06/13/maman-hijrah-setelah-melihat-teman-kerjanya-stres-gara-gara-istri-tak-mau-menerima-uang-gajinya?page=all